“Pak, maaf, saya belum butuh sekarang.”
Kalimat itu sudah seperti lagu harian bagi Arman, seorang sales produk teknologi yang baru bergabung di perusahaan startup. Meski terasa berat, ia tahu bahwa pekerjaannya lebih dari sekadar menawarkan produk. Di sinilah kisahnya dimulai—perjalanan memahami Tugas dan Tanggung Jawab Sales yang sesungguhnya. Kisah Perjalanan Seorang Sales yang Tak Pernah Menyerah
Bab 1: Awal Perjalanan
Arman mengira menjadi sales hanya tentang berbicara dengan pelanggan dan menghasilkan penjualan. Namun, briefing pertamanya bersama Pak Budi, supervisornya, mengubah pandangan itu.
“Arman, tugas sales bukan cuma jualan. Kita ini penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Kamu harus tahu produk luar dalam, pahami kebutuhan mereka, dan pastikan solusi kita benar-benar membantu,” jelas Pak Budi.
Hari pertama Arman di lapangan penuh dengan tantangan. Ia harus mendatangi lima perusahaan untuk menawarkan sistem manajemen keuangan berbasis cloud. Hasilnya? Nol. Tidak ada yang tertarik.
Namun, Pak Budi memberinya semangat, “Ingat, setiap penolakan mendekatkanmu pada satu ‘ya’. Tugasmu bukan hanya jualan, tapi membangun hubungan.”
Bab 2: Lebih dari Sekadar Angka
Minggu kedua, Arman mulai menyadari bahwa menjadi sales juga berarti menjadi pendengar yang baik. Dalam salah satu kunjungannya, ia bertemu dengan Pak Doni, pemilik toko retail yang sedang berjuang dengan laporan keuangan manual.
“Saya nggak yakin butuh teknologi semacam ini,” kata Pak Doni skeptis.
Alih-alih langsung mempromosikan produk, Arman mendengarkan curahan hati Pak Doni tentang betapa sulitnya membuat laporan di akhir bulan. Ia pun menunjukkan demo sederhana tentang bagaimana produk itu bisa mempermudah pekerjaan Pak Doni.
Seminggu kemudian, Arman mendapatkan kabar bahwa Pak Doni setuju mencoba produk tersebut. Itu adalah penjualan pertamanya—hasil dari kesabaran dan pemahaman.
Bab 3: Tanggung Jawab Setelah Penjualan
Bagi Arman, pekerjaan selesai setelah tanda tangan kontrak. Namun, kenyataan berkata lain. “Penjualan hanyalah awal dari tanggung jawabmu,” ujar Pak Budi.
Arman harus memastikan pelanggan paham cara menggunakan produk, membantu mereka saat ada kendala, dan menjaga hubungan baik agar mereka tetap loyal. Ia bahkan pernah menghabiskan malam di kantor Pak Doni, membantu timnya memahami sistem baru.
“Terima kasih, Arman. Kalau bukan karena kamu, saya mungkin nggak akan percaya teknologi ini,” kata Pak Doni suatu hari.
Saat itulah Arman merasa bahwa pekerjaannya lebih bermakna daripada sekadar mengejar target penjualan.
Bab 4: Belajar dari Penolakan
Tak semua usaha berakhir manis. Ada kalanya Arman merasa putus asa setelah berhari-hari tak menghasilkan prospek baru. Namun, ia belajar bahwa setiap penolakan adalah peluang untuk introspeksi. Ia mulai mempelajari strategi baru, membaca buku tentang negosiasi, dan mengikuti pelatihan.
“Menjadi sales adalah perjalanan tanpa akhir untuk terus belajar,” katanya pada dirinya sendiri.
Bab 5: Sales sebagai Penggerak Perusahaan
Seiring waktu, Arman memahami bahwa sales adalah tulang punggung perusahaan. Tanpa sales, produk sehebat apa pun tak akan sampai ke tangan pelanggan. Ia tak hanya membawa keuntungan bagi perusahaan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam membantu pelanggan menyelesaikan masalah mereka.
Epilog: Kisah Perjalanan Seorang Sales yang Tak Pernah Menyerah
Arman kini dikenal sebagai salah satu sales terbaik di perusahaannya. Bagi dia, tugas sales bukan hanya tentang menjual, tetapi tentang membangun hubungan, memahami kebutuhan, dan memberikan solusi. Kisah Perjalanan Seorang Sales yang Tak Pernah Menyerah
“Kuncinya adalah percaya pada produk, mendengarkan pelanggan, dan selalu ada untuk mereka, bahkan setelah transaksi selesai,” kata Arman dalam sebuah seminar.
Kisah Arman adalah cerminan dari apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang sales: menjadi jembatan antara kebutuhan dan solusi, antara perusahaan dan pelanggan.
Dan di balik setiap penawaran, ada seorang sales yang tak pernah menyerah. 😊