Pada suatu pagi yang cerah di sebuah resor pelatihan di pinggir kota, para manajer dari berbagai divisi berkumpul untuk satu tujuan besar: memahami dan menerapkan Sales and Operations Planning Training (S&OP). Acara ini lebih dari sekadar pelatihan—ini adalah perjalanan mendalam untuk menyelaraskan visi, strategi, dan eksekusi. Cerita dari S&OP Training Camp
Awal dari Perjalanan
“Selamat pagi semua!” suara tegas instruktur membuka sesi. Pak Arman, seorang fasilitator kawakan di bidang S&OP, berdiri di depan ruangan dengan senyum penuh percaya diri. “Hari ini, kita tidak hanya akan belajar teori. Kita akan menghidupkan S&OP, membuatnya bernapas, dan menjadikannya bagian dari DNA organisasi kalian.”
Peserta, yang terdiri dari tim sales, produksi, logistik, hingga keuangan, saling melirik dengan rasa ingin tahu. Bagi banyak dari mereka, istilah S&OP terasa seperti jargon yang sulit dipahami. Namun, suasana segera berubah ketika Pak Arman mulai bercerita tentang sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut karena ketidakseimbangan antara rencana penjualan dan kapasitas produksi.
“Kalian tahu apa penyelamat mereka?” tanya Pak Arman dengan nada misterius. “S&OP.”
Ruangan pun menjadi hening. Semua terfokus pada cerita yang tampaknya menjadi pembuka dunia baru.
Menyatukan Perspektif
Sesi pertama dimulai dengan diskusi interaktif. Peserta diajak untuk menggambarkan bagaimana fungsi mereka memengaruhi fungsi lainnya. Bagaimana sales sering kali menetapkan target agresif tanpa mempertimbangkan kemampuan produksi, atau bagaimana tim produksi mengeluhkan perkiraan penjualan yang selalu meleset.
“Kita seperti orkestra yang memainkan nada berbeda-beda tanpa konduktor,” ujar Ibu Rini, manajer produksi, yang langsung disambut anggukan setuju dari peserta lain.
Di sinilah konsep utama S&OP mulai diperkenalkan: sinkronisasi. Tim belajar bagaimana data penjualan, permintaan pasar, dan kapasitas operasional harus berjalan beriringan. Tidak ada ruang untuk ego sektoral—hanya ada satu tim besar dengan satu tujuan besar.
Simulasi Real-Time: Dari Konflik ke Kolaborasi
Sesi berikutnya adalah simulasi. Peserta dibagi ke dalam tim kecil yang mewakili berbagai fungsi. Mereka diminta untuk memecahkan masalah nyata: memenuhi lonjakan permintaan tanpa mengorbankan efisiensi.
Awalnya, seperti yang diduga, konflik muncul. Tim sales ngotot dengan target besar, sementara tim produksi merasa tidak mungkin mengejar target itu tanpa tambahan jam lembur mahal.
Namun, dengan bantuan kerangka kerja S&OP, sesuatu yang ajaib terjadi. Diskusi bergeser dari adu argumen menjadi brainstorming solusi. Mereka belajar menggunakan data historis, memproyeksikan permintaan, dan membuat rencana cadangan.
“Ini seperti bermain puzzle,” ujar Budi dari tim logistik. “Kita harus memastikan semua bagian pas pada tempatnya.”
Puncak Pelatihan: Menenun Keberhasilan
Pada hari terakhir, suasana penuh semangat. Masing-masing tim mempresentasikan rencana S&OP mereka, lengkap dengan proyeksi permintaan, kapasitas produksi, dan mitigasi risiko.
Pak Arman, yang sebelumnya menjadi pengamat pasif, memberikan umpan balik. “Luar biasa! Kalian baru saja membangun fondasi untuk keberhasilan perusahaan kalian.”
Peserta akhirnya menyadari bahwa S&OP bukan hanya sekadar proses administratif. Ini adalah seni menyelaraskan visi, misi, dan aksi. Di akhir sesi, mereka meninggalkan ruangan dengan kepala penuh ide dan semangat untuk menerapkan ilmu yang baru mereka pelajari.
Akhir dari Perjalanan, Cerita dari S&OP Training Camp
Pelatihan selesai, tetapi dampaknya baru saja dimulai. Peserta kembali ke perusahaan masing-masing dengan satu pesan utama: Cerita dari S&OP Training Camp bukan tentang siapa yang menang, tetapi tentang bagaimana semua pihak menang bersama.
“Ini bukan akhir cerita,” kata Pak Arman saat menutup sesi. “Ini adalah awal dari perjalanan menuju organisasi yang lebih terkoordinasi dan berdaya saing.”
Dan begitu mereka melangkah keluar, mereka tahu bahwa mereka bukan hanya belajar merencanakan—mereka belajar merajut strategi dan menenun keberhasilan.